Hama Kutu Perisai “Chrysomphalus aonidum”
Ancaman Pada Tanaman Jeruk
Oleh :
Tri Wulan Widya Lestari, SP.
Chrysomphalus aonidum
adalah spesies polifagus dengan preferensi untuk jeruk , terutama jeruk
Valencia dan grapefruits ( Bedford , 1989) . Telah tercatat lebih dari
77 tanaman dari berbagai macam famili, termasuk tanaman jeruk, tanaman
hias, pohon kelapa dan pohon kehutanan ( Borchsenius , 1966) . Di
Indonesia sesuai
dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.160/12/2011
tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina hama ini termasuk
OPTK A2 Gol II.
Gambar :
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : AnimaliaFilum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famil : Diaspididae
Genus : Chrysomphalus
Spesies : Chrysomphalus aonidum
Tanaman Inang :
Tanaman inang Utama adalah Citrus, Citrus aurantiifolia (jeruk), Citrus limon (jeruk nipis), Citrus maxima (jeruk), Citrus sinensis (jeruk navel), Citrus x paradisi (jeruk bali) sedangkan tanaman inang sekunder adalah Asparagus officinalis (asparagus), Camellia sinensis (teh), Carica papaya (pepaya), Cinnamomum verum (cinnamon), Cocos nucifera (kelapa), Dracaena, Gossypium (kapas), Lauraceae, Malus pumila (apel), Mangifera indica (mangga), Musa (pisang), Musa x paradisiaca (pisang raja), Palmae (Tanaman dari famili palma), Phoenix dactylifera (kurma), Pinus (pinus).
Biologi dan Ekologi :
Reproduksi dari Chrysomphalus aonidum adalah secara seksual. Tidak ada bukti partenogenesis yang telah tercatat. Rasio jenis kelamin C. aonidum biasanya
ditemukan adalah jenis kelamin betina. Setiap imago betina meletakkan
sekitar 50-150 butir telur berbentuk oval selama periode 1-8 minggu,
tergantung pada bagian tanaman yang terinfestasi (pada daun yang kurang
subur dan buah yang terinfestasi). Telur menetas di bawah skala dan
nimfa instar satu aktif bergerak mencari tempat makan dan menetap di
bagian tanaman yang disukainya. Pada nimfa instar kedua adalah tahap
memakan yang utama untuk penentuan jenis kelamin. Nimfa instar kedua
akan membentuk perisai atau cangkang berbentuk seperti lingkaran untuk
melindungi tubuh dan perisai ini akan terus bertumpuk setiap kali ganti
kulit hingga menjadi imago betina.Perkembangbiakan serangga dewasa
membutuhkan waktu 7 – 16 minggu tergantung pada suhu.
C. aonidum memiliki ketahanan untuk lingkungan lembab dan tidak dapat hidup pada suhu dingin. Imago serangga jantan C. aonidum agak
lebih toleran terhadap kelembaban rendah daripada imago serangga
betina, sehingga imago serangga jantan lebih sering ditemukan pada
permukaan atas daun sementara imago serangga betina berkumpul di
permukaan bawah daun. C. aonidum akan terjadi peningkatan mortalitas selama musim hujan deras dan mencapai tingkat populasi yang tinggi selama cuaca kering.
Tahap
larva instar pertama adalah tahap larva instar pertama menyebar tunggal
(sendiri). Setiap larva instar pertama akan menempati posisi pada
bagian tanaman, dimana akan terbawa angin beberapa puluh kilometer
jauhnya. Melalui binatang dan manusia biasanya juga larva ini dapat
terbawa jauh. Perpindahan bibit tanaman yang terinfeksi atau hasil
tanaman dimana C. aonidum dapat terintroduksi ke negara lain.
Morfologi :
Imago
serangga jantan memiliki panjang 0,7 mm dan memiliki satu pasang sayap,
dua pasang mata majemuk, tidak ada mulut, dan memiliki alat kelamin
yang panjang. Diameter perisai imago betina berkisar 1,8-2,1 mm. Tubuh
imago betina kutu perisai ini berwarna kuning terdapat di bawah cangkang
Nimfa instar pertama panjangnya 0,3 mm dan memiliki kaki yang kemudian
mengecil membentuk sisik putih melingkar.
Gejala serangan:
Kutu
perisai ini menempel pada daun dan tangkai. Kutu menyukai bagian-bagian
tanaman yang terlindung, terutama banyak dijumpai di permukaan bawah
daun dan di sepanjang tulang daun. Pada daun yang terserang terdapat
bercak-bercak klorosis, karena kutu menghisap jaringan sel daun,
kemudian berwarna kuning. Serangan yang lebih berat akan mengakibatkan
daun menjadi keriting.
Gambar :
Faktor yang mempengaruhi perkembangan populasi :
- Jarak tanam yang terlalu rapat
- Naungan yang terlalu banyak
- Curah hujan yang sedikit
Pengendalian :
-
Pengendalian secara peraturan, pemeriksaan sebelum ekspor harus mencukupi. Daun-daun, khususnya permukaan yang lebih rendah, dan buah-buah harus diperiksa.
-
Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida.
-
Pengendalian secara biologi, dua spesies parasit Aphytis holoxanthus dan Pteroptrix smithi, adalah agen pengendalian biologis utama yang digunakan terhadap C. aonidum.
-
Pengendalian hama terpadu
http://www.biosecurity.govt.nz/pests-diseases/plants/florida-red-scale/frs-report.html. Diakses tanggal 18 April 2015.
http://wbd.etibioinformatics.nl/bis/diaspididae.php?menuentry=soorten&id=102. Diakses tanggal 18 April 2015.
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.phpoption=com_content&view=article&id=190&Itmid=249. Diakses tanggal 18 April 2015.
No comments:
Post a Comment