GAMEFOWL

Tuesday, 13 October 2015

Hama Kutu Perisai Chrysomphalus aonidum

Hama Kutu Perisai “Chrysomphalus aonidum
Ancaman Pada Tanaman Jeruk
Oleh :
Tri Wulan Widya Lestari, SP.

Chrysomphalus aonidum adalah spesies polifagus dengan preferensi untuk jeruk , terutama jeruk Valencia dan grapefruits ( Bedford , 1989) . Telah tercatat lebih dari 77 tanaman dari berbagai macam famili, termasuk tanaman jeruk, tanaman hias, pohon kelapa dan pohon kehutanan ( Borchsenius , 1966) . Di Indonesia sesuai dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.160/12/2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina hama ini termasuk OPTK A2 Gol II.
Gambar :
Chrysomphalus1.jpg   Chrysomphalus3.jpg
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famil : Diaspididae
Genus : Chrysomphalus
Spesies : Chrysomphalus aonidum
Tanaman Inang :
Tanaman inang Utama adalah Citrus, Citrus aurantiifolia (jeruk), Citrus limon (jeruk nipis), Citrus maxima (jeruk), Citrus sinensis (jeruk navel), Citrus x paradisi (jeruk bali) sedangkan tanaman inang sekunder adalah Asparagus officinalis (asparagus), Camellia sinensis (teh), Carica papaya (pepaya), Cinnamomum verum (cinnamon), Cocos nucifera (kelapa), Dracaena, Gossypium (kapas), Lauraceae, Malus pumila (apel), Mangifera indica (mangga), Musa (pisang), Musa x paradisiaca (pisang raja), Palmae (Tanaman dari famili palma), Phoenix dactylifera (kurma), Pinus (pinus).
Biologi dan Ekologi :
Reproduksi dari Chrysomphalus aonidum adalah secara seksual. Tidak ada bukti partenogenesis yang telah tercatat. Rasio jenis kelamin C. aonidum biasanya ditemukan adalah jenis kelamin betina. Setiap imago betina meletakkan sekitar 50-150 butir telur berbentuk oval selama periode 1-8 minggu, tergantung pada bagian tanaman yang terinfestasi (pada daun yang kurang subur dan buah yang terinfestasi). Telur menetas di bawah skala dan nimfa instar satu aktif bergerak mencari tempat makan dan menetap di bagian tanaman yang disukainya. Pada nimfa instar kedua adalah tahap memakan yang utama untuk penentuan jenis kelamin. Nimfa instar kedua akan membentuk perisai atau cangkang berbentuk seperti lingkaran untuk melindungi tubuh dan perisai ini akan terus bertumpuk setiap kali ganti kulit hingga menjadi imago betina.Perkembangbiakan serangga dewasa membutuhkan waktu 7 – 16 minggu tergantung pada suhu.
C. aonidum memiliki ketahanan untuk lingkungan lembab dan tidak dapat hidup pada suhu dingin. Imago serangga jantan C. aonidum agak lebih toleran terhadap kelembaban rendah daripada imago serangga betina, sehingga imago serangga jantan lebih sering ditemukan pada permukaan atas daun sementara imago serangga betina berkumpul di permukaan bawah daun. C. aonidum akan terjadi peningkatan mortalitas selama musim hujan deras dan mencapai tingkat populasi yang tinggi selama cuaca kering.
Tahap larva instar pertama adalah tahap larva instar pertama menyebar tunggal (sendiri). Setiap larva instar pertama akan menempati posisi pada bagian tanaman, dimana akan terbawa angin beberapa puluh kilometer jauhnya. Melalui binatang dan manusia biasanya juga larva ini dapat terbawa jauh. Perpindahan bibit tanaman yang terinfeksi atau hasil tanaman dimana C. aonidum dapat terintroduksi ke negara lain.
Morfologi :
Imago serangga jantan memiliki panjang 0,7 mm dan memiliki satu pasang sayap, dua pasang mata majemuk, tidak ada mulut, dan memiliki alat kelamin yang panjang. Diameter perisai imago betina berkisar 1,8-2,1 mm. Tubuh imago betina kutu perisai ini berwarna kuning terdapat di bawah cangkang Nimfa instar pertama panjangnya 0,3 mm dan memiliki kaki yang kemudian mengecil membentuk sisik putih melingkar.
Gejala serangan:
Kutu perisai ini menempel pada daun dan tangkai. Kutu menyukai bagian-bagian tanaman yang terlindung, terutama banyak dijumpai di permukaan bawah daun dan di sepanjang tulang daun. Pada daun yang terserang terdapat bercak-bercak klorosis, karena kutu menghisap jaringan sel daun, kemudian berwarna kuning. Serangan yang lebih berat akan mengakibatkan daun menjadi keriting.
Gambar :
Chrysomphalus-aonidum-57891.jpg   GejaladaaunKutuperisai.jpg
Faktor yang mempengaruhi perkembangan populasi :
- Jarak tanam yang terlalu rapat
- Naungan yang terlalu banyak
- Curah hujan yang sedikit
Pengendalian :
  1. Pengendalian secara peraturan, pemeriksaan sebelum ekspor harus mencukupi. Daun-daun, khususnya permukaan yang lebih rendah, dan buah-buah harus diperiksa.
  2. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida.
  3. Pengendalian secara biologi, dua spesies parasit Aphytis holoxanthus dan Pteroptrix smithi, adalah agen pengendalian biologis utama yang digunakan terhadap C. aonidum.
  4. Pengendalian hama terpadu

No comments:

Post a Comment