Virus Gemini Penyebab Keriting Bule Tanaman Cabe
Penyakit Keriting Bule atau Virus Kuning
Penyebab : Gemini Virus ”TYLCV” (Tomato Yellow Leaf Curl Virus)
Morfologi dan Daur Penyakit
Virus Kuning atau Keriting Bule tidak ditularkan melalui biji, tetapi
dapat menular melalui penyambungan dan melalui serangga vektor kutu
kebul. Kutu kebul merupakan vektor/pembawa utama penyakit ini. Kutu
kebul dapat menularkan geminivirus secara persisten (tetap) artinya
sekali makan pada tanaman yang mengandung virus, seumur hidupnya dapat
menularkan dan menyebarkan penyakit ini.
Selain kutu kebul, OPT (organisme penggangu tanaman) yang dapat
menularkan penyakit virus gemini adalah jenis kutu-kutuan. Yakni kutu
daun, tungau dan thrips yang merupakan penyebab utama keriting daun.
Itulah sebabnya tanaman cabe yang terserang virus gemini pada umumnya
juga mengalami keriting daun.
Gejala serangan secara umum :
Warna tulang daun berubah menjadi kuning terang, mulai dari daun-daun
muda dibagian pucuk tanaman, berkembang menjadi warna kuning yang
jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping).
Selanjutnya daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman
kerdil dan biasanya produksi buah menurun dan lama-kelamaan tidak
berbuah sama sekali. Gejala di lapangan di tiap daerah biasanya tidak
sama, tergantung dari jenis varietas cabai, ketinggian tempat dan
lingkungan.
Tanaman inang lain yang disukai virus kuning adalah Tomat, cabai
rawit, tembakau, gulma babadotan/wedusan dan bunga kancing (Gomphrena
globosa).
Pengendalian :
Hingga saat ini belum ada zat kimia apapun yang mampu membasmi virus gemini.
Anjuran teknologi pengendalian virus kuning yang dilakukan selama ini
merupakan hasil penelitian dan kajian lapangan Lembaga Penelitian
(Balitsa), Perguruan Tinggi (IPB, UGM) dan instansi terkait, dengan
upaya pengendalian antara lain sebagai berikut :
A. Pada Persemaian
– Budidaya dengan menggunakan benih yang steril, sehat dan bukan berasal dari daerah terserang.
– Menanam varietas yang agak tahan (karena tidak ada yang tahan) misalnya cabai Kopay Sumbar.
– Perendaman benih dengan larutan PGPR (Plant Growth Promotion
Rhizobacter), atau Pf/Pseudomonas fluorescens dengan dosis 20 ml/liter
air selama 6 – 12 jam). Beberapa Laboratorium PHP di daerah sudah mampu
membuat bahan perbanyakan larutan PGPR atau Pf, selain itu bahan
perbanyakan PGPR juga dapat diperoleh di Klinik Tanaman Fakultas
Pertanian IPB (Institut Pertanian Bogor),
– Menutup/mengerodongi persemaian sejak benih disebar untuk
pencegahan masuknya vektor virus dengan menggunakan kasa/kelambu halus
yang tembus sinar matahari.
B. Di Lapangan :
– Untuk menahan / membatasi masuknya vektor kutu kebul ke dalam
petak tanaman, dilakukan penanaman tanaman border/pembatas lahan tanam
dengan 6 baris tanaman jagung 3-4 minggu sebelum tanam cabai dengan
jarak tanam rapat 15 – 20 cm atau tanaman border lainnya antara lain,
orok–orok, dan pagar kelambu setinggi 2,8 – 3m dari tanah,
– Penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP) di dataran tinggi, dan
jerami di dataran rendah untuk mengurangi infestasi serangga vektor dan
mengurangi gulma,
– Penyiraman tanaman pada umur 1 minggu sebelum tanam dengan PGPR 20
cc / l air, dan dilanjutkan pada umur 20 HST dan 40 HST dengan
konsentrasi 20 cc / l air dengan volume penyiraman 100 ml /tanaman,
bersamaan pemupukan susulan.
– Pemberian pupuk kandang/kompos minimal 20 ton/ha,
– Sanitasi lingkungan, mengendalikan gulma berdaun lebar dari jenis
bebadotan, daun kancing, ciplukan dan gulma lainnya yang dapat menjadi
inang virus dan kutu kebul,
– Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala
segera dicabut dan dimusnahkan dengan cara dibakar supaya tidak menjadi
sumber penularan.
– Pemasangan perangkap likat kuning sebanyak 40 lembar/ha secara
serentak di pertanaman, digantung/dijepit pada kayu/bambu setinggi 30 cm
di atas tajuk daun guna mengurangi populasi vektor,
– Menjaga keberadaan parasit nympha, Encarsia formosa dan predator
Monochilus siegmaculatus, dengan tidak menggunakan pestisida kimia
sintetik secara tidak selektif,
– Rotasi tanaman dengan tanaman selain cabai dan bukan inang virus,
terutama bukan dari famili Solanaceae (contoh : kentang, tembakau), dan
famili Cucurbitaceae (contoh : mentimun, melon). Rotasi tanaman
dilakukan dalam hamparan, tidak perorangan, serentak setiap satu musim
tanam dan seluas mungkin.
Catatan :
Cara yang paling efektif untuk mencegah penyebaran virus gemini adalah
dengan membasmi vektornya (hewan pembawa virus/penular). Beberapa
diantaranya adalah kutu kebul, trhips, tungau dan kutu daun. Hama jenis
kutu-kutuan bisa dikendalikan dengan pestisida berbahan aktif abamectin
No comments:
Post a Comment